Sabtu, Mei 03, 2008

Gus Dur di PKB dan Indonesia


Beberapa hari ini aku banyak membuka detik.com sekedar mengikuti berita tentang konflik internal di PKB. bagiku, sama seperti PAN di Muhamadiyah, PKB adalah partai yang memiliki bassis yang jelas sejak dideklarasikan yaitu bassis massa NU. namun yang lebih menarik lagi, bukan lantaran sepak terjang partainya tetapi peran Gus Dur yang dominan dalam permainan politik didalamnya.

Namun di PKB konflik internal sering terjadi. sebut saja konflik internal antara pimpinan PKB dan Gus Dur, sejak mulai Matori Abdul jalil, Alwi Sihab, Saifulloh Yusuf , dan sekarang dengan keponakannya sendiri yaitu Muhaimin Iskandar. banyak orang yang menunjukkan jarinya ke sosok Abduraman Wahid atau Gus Dur sebagai sumber konflik di tubuh PKB. kepemimpinan yang Otoriter dan sikap keras Gus Dur lah yang dianggap sebagi biang keroknya. Sebagai ketua dewan Syuro PKB dan deklarator, Gus Dur akan dengan mudah memecat siapa saja yang dianggap tidak loyal dan bersebrangan secara politik di PKB.

Gus Dur yang ku kenal lewat media, banyak dijadikan tonggak sejarah perjuangan demokrasi di indonesia. dibawah pemerintahan Orde Baru yang di jalankan oleh mesin politik GOLKAR dan Suharto, sosok Gus Dur adalah salah satu orang yang paling sulit ditaklukan. beberapa konflik internal di tubuh NU yang diciptakan dari luar untuk merongrong kekuatan Gus Dur dari perannya selalu kandas oleh kekuatan massa Nahdiyin. Gus Dur mendapatkan dukungan yang penuh dari arus bawah.
diluar itu semua peran Gus Dur untuk melindungi kaum minoritas yang disingkirkan secara sosial dan politik di jaman Orde baru hingga saat ini juga sangat besar. Ia adalah sosok yang berani pasang badan sebagai benteng kekuatan dari kesewenang-wenangan kelompok mayoritas entah yang mengatasnamakan agama ataupun suku. dan perjuangan itulah yang saat ini bisa menghantarkan kelompok-kelompok minoritas seperti kelompok Tionghoa dan kelompok agama kristen (katolik) yang selama kekuasaan ORDE BARU di pinggirkan menjadi bagian dan setara dengan kelompok lainnya.

Pada tahun 2001 Gus Dur diangkat menjadi Presiden ke empat menggantikan BJ Habibie. disinilah sosok Gus Dur Makin dikenal dikalangan masyarakat. Tanpa ada kompromi dengan birokrasi ditingkat elit penguasa, Gus Dur menggunakan wewenangnya sebagai presiden untuk membuka gembok demokrasi di Indonesia yang sebelumnya dianggap tabu oleh orde baru, Gus Dur tidak segan-segan menghabisi karir politik orang-orang yang dianggap pecundang dipemerintahannya. Karena sikapnya yang tanpa kompromi dan kurang perhitungan inilah Gus Dur menciptakan banyak musuh. baik dikalangan kelompok keagamaan yang sering bersebrangan dengan Gus Dur maupun dikalangan birokrat yang terancam eksistensinya oleh seorang Gus Dur. Bahkan Gus Dur juga mendapat perlawanan dari kelompok tentara yang dimasa Gus Dur wewenangnya banyak dipangkas. maka tak heran bahwa kemudian kelompok ini beramai-ramai mengeroyok Gus Dur dengan berbagai macam cara, mulai dari Isu korupsi yang dikenal sebagai Bulog Gate, rekayasa tentang perselingkuhan Gus Dur hingga tentang wacana bahwa bangsa ini adalah bangsa buta yang bisa memilih serang pemimpin yang buta. dan akhirnya dengan kekuatan musuh yang makin menguat, Gus Dur dilengserkan sebagai presiden.

Berbeda dengan mantan Presiden lainnya yang setelah jabatannya selesai sosoknya pun dianggap selesai dan hilang dari media dan hingar bingar politik, sosok Gus Dur tidak lantas habis. Gus Dur masih tetap berada sebagai sosok yang dibutuhkan untuk memperjuangkan demokrasi. Gus Dur masih setia berkeliling di masyarakat dari satu pesantren kepesantren lainnya untuk membuka wacana dan mensosialisasikan prinsip-prinsip demokrasi dan politik moral yang harus dibangun di Indonesia. dan pada tahun 2004 Gus dur mencalonkan diri untuk ikut sebagai calon presiden. tetapi sayang pencalonannya ditolak karena faktor kesehatannya. Namun karena sikap Gus Dur yang tidak mau menerima begitu saja di perlakukan diskriminatif, Gus Dur melakukan perlawanan. namun toh tetap saja Gus Dur disingkirkan dengan keterbatasan fisiknya. Beberapa diantaranya membuat issu politik bahwa Gus Dur sudah Gila.

Pada Pemilu yang akan datang tahun 2009, Gus Dur jauh hari sudah mendeklarasikan diri bahwa Ia akan tetap maju sebagai seorang calon presiden. dan lagi-lagi sosoknya yang keras, tidak mau dihalangi lagi untuk tetap bisa maju. bahkan pemilu masih satu tahun lagi, Gus Dur sudah kembali memecat Muhaimin Iskandar dari ketua PKB karena dianggap akan menjegal Gus Dur pada Pemilu yang akan datang. dan lagi-lagi Gus Dur harus berhadapan dengan kadernyanya sendiri yang kian menyeret dua kekuatan di PKB, yaitu PKB pro Gus Dur dan PKB pro Muhaimin keranah konflik yang belum berujung. Entah sampai kapan.

meskipun aku tidak pernah bertemu langsung dengan sosok Gus Dur, aku sangat yakin bahwa Gus Dur sudah bisa menghitung tentang pemilihan presiden yang akan datang, menghitung betapa kekuatan lawan akan menghalanginya untuk maju, menghitung perolehan suaranya yang tidak mungkin akan menang. namun lebih dari soal kalah menang Gus Dur tidak mau diperlakukan diskriminasi dalam berpolitik. Gus Dur akan tetap memperjuangan moral dalam berpolitik, karena andaikan itu terjadi pada diriku, ditolak karena ada cacat pada bagian fisikku, akupun akan melakukan cara untuk diakui setara.

dan Sadar atau tidak, konflik yang terjadi mengelilingi Gus Dur selama ini menurutku adalah bagian dari sebuah sekenario yang besar yang selalu dibuat untuk menghabisi Sosok Gus Dur beserta kekuatannya. kekuatan Massa Nahdiyin yang selama bertahun-tahun memiliki kultur santri yang santun dalam berpolitik dan memiliki kekuatan "guyub" dalam menyelesaikan masalah bersama-sama kali inipun di uji untuk mampu menyelesaikan konflik internal secara elegan.

jadi lihat lah dengan hati yang jernih dan kita yang masih muda semoga belajar dari banyaknya kekalahan Gus Dur dalam sebuah permainan kekuasaan. namun Gus Dur tidak akan mati. bahkan karyanya akan disadari dan makin berbuah kelak jika Gus Dur sudah tiada. seperti sebuah biji gandum yang akan tumbuh dan berbuah jika bijinya mati.
Gus Dur memang sakit, tetapi jika kita waras kita harusnya ikut menjaga agar Dia tidak makin sakit demi sebuah perjuangan untuk demokrasi yang tidak berujung.