Senin, April 28, 2008

Air Menyala


Krisis minyak dunia yang terjadi belakangan ini seharusnya tidak membuat Indonesia khawatir atau cemas, pasalnya di negri yang gemah ripah lohjinawi ini, tongkat kayu dan batu jadi tanaman dan yang paling menguntungkan entah bagaimana caranya, air yang ada di Bumi pertiwi ini pun bisa menyala.
jadi seharusnya pemerintah kita bisa tidak hanya megubah penggunaan kompor berbahan bakar minyak tanah menjadi kompor berbahan bakar gas supaya bisa mengurangi subsidi, tapi menurutku akan lebih baik dan lebih ngirit lagi konversi kompor dari berbahan bakar minyak tanah bisa diubah menjadi bahan bakar air. mengirit karena persediaan air di Indonesia masi melimpah (lihat saja di jakarta air selalu menggenangi romah-rumah penduduk hingga diatapnya, bahkan saking banyaknya airpun tidak bisa di bendung untuk tidak menggenangi sekitar Istana President). lebih dari itu bahkan Pemerintah bisa bisa mendapatkan pundi-pundi uang yang melimpah karena bisa mengeksport air ka Amerika, atau China yang daya tampung bahan bakar untuk industrinya sangat tinggi. Wah tentu Bangsa Indonesia bisa jadi bangsa yang kaya raya. dampaknya "mungkin" bisa membawa kebaikan bagi pemimpin Indonesia yang tidak perlu korupsi lagi, karena dari pada mengambil uang dari 200 juta masyarakat, lebih baik jualan air saja. meskipun ini hanya harapan saja karena tetap saja mentalitas pemimpin kita mentalitas yang korup dan lebih baik disumpahi oleh 200 juta orang tapi bisa "nggaya" : pakai mobil bagus, sewa apartement yang bagus, makan direstoran yang bagus dan cari istri simpanan yang bagus, serba baguslah supaya tetap bagus dimasyarakat dari hasil korupsinya bisa disumbangkan untuk membangun gereja atau rumah ibadat. dari pada hidup pas-pasan sebagai pemimpin bila tetap mengandalkan gajinya sebagai pegawai negri saja.

meskipun aku tidak pernah bisa membuktikan secara ilmiah, karena sudah kucoba berkali-kali menyalakan air, toh selalu gagal. dari sisi fisika pun mungkin sudah pernah ada yang menyelidiki tapi belum terbukti secara ilmiah, meskipun demikian setiap saat kita bisa dengar "air menyala" dimana-mana.

Suatu hari, seorang teman sedang memperbaiki pompa air yang rusak. tentu saja teman ku yang teknisi itu berkonsentrasi memperbaiki mesin dan aku ditugaskan di bagian yang melihat aliran air dari kran di kamar mandi. "Gimana.. Air sudah nyala belum Yo.." teriak teman ku tersebut.

hampir setiap pagi menjelang mandi dan beraktifitas temanku bertanya "airnya sudah nyala belum?" sambil mengotak-ngatik pompa yang sudah uzur supaya mampu menarik air dari dasar sumur bor sedalam 15 meter di jakarta.

setiap hari kakaku sealu teriak "airnya dimatikan Nah" perintahnya ke seorang pembantunya yang baru datang 3 bulan lalu dari kampung. "memang si Inah paling sering kalau nyalakan air, lupa mematikan" "apa dia tidak tahu ya kalau biaya PAM tiap hari melonjak" celoteh kakakku yang akrab kudengar.

korban kebakaran pasar Turi, Surabaya menolak pemadaman api dari mobil pemadam kebakaran, karena mereka yakin bahwa api yang memberangus kios mereka akan semakin berkobar bila disiram air dari tangki pemadam kebakaran. "Iya ialah, itu kan kebakaran memang disengaja oleh pemerintah biar kita mau direlokasi, nah didalam tengki air Pemadam Kebakaran itu sudah diisi bensin, jadi bukannya tambah mati, malah apinya tambah besar" teriak seorang pedagang sambil emosi.

aku paling sewot bila diminta "menyalakan air" dan selalu ku jawab: "TIDAK BISA". tapi bila yang memberi perintah Boss ku atau Bokapku yang mulai melotot karena dianggap tidak patuh, segera kuralat "iya ya airnya akan segara ku alirkan" dan akupun segera mencolokkan kabel pompa air kedalam colokan listrik yang segera disambut dengan suara jengggggg tanda bahwa pompa air itu berfungsi dengan baik. tak lama kemudia terdengar suara gemericik didalam kamar mandi, tanda bahwa airnya sudah mengalir karena segera terdengar senandung kecil dari dalam kamar mandi. Bossku memang begitu, Dia paling suka mandi sambil bersenandung karena guyuran air yang dingin bisa mengurangi beban yang penat dalam rutinitas hidup. bayangkan bila airnya tidak mengalir tapi menyala, bukan rasa segar atau senadung merdu khas kamar mandi yang ku dengar tapi jeritan menyayat dari Boss yang terpanggang.

Air "mati", Air "Menyala" adalah kalimat yang salah kaprah, kalimat yang salah namun sudah mendapat pembenaran dalam masyarakat kita. dalam kamus besar bahasa indonesia, kata mati menunjukan arti sesuatu benda yang bisa bertumbuh, berkembang atau hidup, sementara menyala, dari akar kalimat Nyala, menunjukkan sesuatu yang bisa terbakar.

jadi apakah air bisa menyala?
aku masih menunggu jawaban dari ahli-ahli fisika yang bisa menjelaskan karena akupun tidak tahu, yang kutahu bahwa air itu mengalir, bukan menyala. air tidak bisa hidup maka tidak perlu mati.

Selasa, April 22, 2008

Menunggu Waktu



Sahabatku meninggalkan fajar yang tergeletak diujung malam
fajar yang dulu sama-sama kami jaga dalam putaran waktu,

"lelah" katanya "menjaga fajar yang tak usai tiba"
"lebih baik aku menuju senja tanpa fajar"

bagi kami, fajar adalah harapan
dimana setia detik terasa menyiksa
menorehkan makin banyak kenangan luka
melelehkan harapan masa depan yang telah diangan
yang pada malam telah diganti kesuraman yang tak berujung

namun fajar yang diharap tak juga beranjak tiba
dia hanya mampu mengutus penjaga malam untuk menjanjikan
bahwa pagi besok fajar akan hadir dalam semburat sinar yang cerah
pasti, kata sang penjaga, sungguh pasti kali ini fajar pasti datang
ucapan yang sama persis sejak usia kami masih kanak-kanak

kini usiaku yang beranjak ke 30 tahun tetap menunggu fajar
tanpa berani beranjak meninggalkannya meski luka kian merambat ke urat
sahabatku telah menuju senja yang mendapatkan kembali malam
namun aku tetap berharap untuk mendapat fajar menuju terang

layaknya Celoteh para Nabi dan martir
Tuhan akan datang! Tuhan Pasti Datang!
meski diusia abad yang makin tua
Tuhan tak kunjung tiba
bagai malam yang tak berujung
karena Tuhan telah lupa meng"Ada"

Kamis, April 10, 2008

Ayat-ayat Cinta & SBY


"Sebuah film dikatakan berhasil apabila mampu menghadirkan pesan yang hendak disampaikan dalam sebuah realitas, Ayat-ayat Cinta berhasil menghadirkan pesan bagi penontonnya karena saya sempat menitikkan air mata". Begitulah kira-kira pernyataan Presiden RI yang ke Enam Susilo Bambang Yudhoyono setelah menonton sebuah Film yang di ambil dari buku Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy


Seperti biasa, rasanya sayang untuk merogoh kocek minimal Rp. 50,000 untuk sebuah film indonesia yang diputar di bioskop. lho koq Rp. 50,000? iya harga tiket paling murah 17,500 untuk satu orang, biasanya tidak mungkin nonton hanya sendiri karena tidak enak bila menikmati sebuah karya film tanpa mendiskusikan apa yang baru saja dilihat, jadi mau tidak mau harus mengajak teman dimana harus mengorbankan 17,500 lagi dari ujung kantong. lalu 17,500 + 17,500 kan hanya 35,000. tentu masih ada 15,000 bisa jadi 2 alternatif, jika naik taksi bisa langsung habis, tapi kalau rela berdesak-desakan di angkot dan mau ikut koboi-koboian khas sopir metro mini no.47 jurusan pondok kopi-senen, maka masih ada sisa uang 10,000 yang bisa mebuat suasana makin romantis bila dijadikan sebungkus pop corn untuk dinikmati saat nonton berdua. syaratnya tentu jelas yang diajak nonton adalah mahluk yang berbeda jenis kelamin, namun itupun masih ada kekurangannya karena dengan 50,000 yang bisa dapat 2 karcis, plus tarnsport metromini dan sebungkus pop corn yang bisa membuat aku banyak menelan ludah karena seret tanpa minum pepsi atau coca cola gaya anak muda kalau sedang nonton.

Hari ini adalah hari terakhir aku berada di jakarta setelah selama 34 hari cuti kerja kepanjangan. ya kali ini cutiku kepanjangan karena pekerjaan prorek pengadaan Gensets untuk PLN Timor Leste sudah selesai tanggal 7 Maret yang lalu. uang sebanyak 1,6 juta USD pun sudah digelontorkan kerekening perusahaan, jadi aku sudah kehabisan tenaga untuk berlama-lama di Dili. sejak tanggal 8 Maret aku sudah di jakarta, rasanya seperti berada di dunia yang baru setelah 4 bulan berada di timor leste, ya dunia dengan peadaban yang penuh hati bila sedang berkumpul dan menhabiskan waktu dengan keluarga, teman, dan Aan. satu-satunya perempuan yang sudah hampir 10 tahun ku pacari.

hari ini, setelah jam 5 sore (jam pulang kantor Aan), dengan mobil starlet milik kakakku yang kupinjam, aku meluncur dari Gedung Pahala ke Atrium untuk bertemu kekasihku. belakang gedung Pahala ada satu ruangan favorit yang biasa aku jadikan rumah kedua jika di jakarta, malah biasanya menjadi rumah utama, karena disitulah markas Penerbitan Fresh Book dan toko buku Online bersusuh. Penerbitan yang sejak tahun 1999 dipelopori oleh Syafiq teman kuliahku dulu di Filsafat Driyarkara. Syafiq dan aku membangun penerbitan yang tidak juga beranjak dewasa karena berbagai faktor. namun yang jelas sudah hampir 10 tahun penerbitan itu berjalan hingga kini tidak sampai tumbang seperti layaknya pohon-pohon dijakarta yang bertumbangan bila di terpa hujan dan angin yang deras. dan sekarang sejak satu tahun lebih aku melalang buana sebagai relawan di Aceh, Jogja dan memilih kerja di Timor Leste, penerbitan ini sudah bisa punya devisi toko buku online yang semua dijalankan hanya oleh syafiq semata, satu-satu teman yang kata dunia perwayangan sebagai gatot kaca, otot kawat balung wesi. sungguh temanku ini memang bertulang besi dan berotot kawat karena sampai kini belum ada daging yang mau bertengger di tubuhnya apalagi lemak.

Tidak Ada Pilihan

setelah sepanjang sore menhabiskan waktu bersama Aan. bergandengan dari mulai di toko buku Gunung Agung, melihat-lihat buku, membolak-mbalik majalah, dan berhenti lama di sudut rak yang ada label Hoby untuk melihat buku bertanam cabe, ya karena selama aku di jakarta, aku menanam 150 batang cabe dalam polyback, semenjak harga cabe mencapai 40,000/kg bahkan beberapa hari terakhir tembus ke 70,000/ kg.

dari toko Buku dan tetap bergandengan kadang sedikit berpelukan, karena ditempat umum, kami berjalan di lantai 3 Mall Atrium kami pindah ke lantai 4 sambil berdiskusi hampir 15 menit menentukan mau makan apa. akhirnya diputuskan untuk makan di restoran dari malang yaitu karapitan. setelah sudut-sudut perut terisi penuh dengan berbagai makanan mie bakso, es teler dan soda. gelambir lemak yang sudah berlipat tiga makin kelihatan anggun bergoyang-goyang karena sudah pasti lemak-lemak dalam perut akan bertambah, kami kembali bingung mau ngapain lagi? jalan2 sudah bosan, makan sudah, mau pulang rasanya masih terlalu sore karena waktu di Hp baru menunjukan pukul 20.30. maka kami memutuskan untuk nonton di Bioskop.

tanpa tahu jadwal film yang mau diputar karena pilihan menonton didasari pertama-tama karena ogah pulang terlalu sore dan masih ingin melanjutkan kebersamaan sebelum besok kami puasa jumpa selama 3-4 bulan. dan satu-satu film yang baru saja lima menit di putar adalah Ayat-ayat Cinta. maka tanpa berpikir lebih lama lagi segera kutentukan tempat di bangku yang paling belakang nomor urut 3 dan 4 dari jalan sebelah kiri. uang sebesar 50,000 yang ada di tanganku sudah berpindah tangan lewat lobang loket dan di ganti dengan dua buah tiket serta recehan lecek 15,000.

Plot Yang Bagus

Membelalakan mata didepan layar lebar selama hampir satu setengah jam lamanya mendapatkan suguhan yang membuat hatiku galau. bagaimana tidak. Film Ayat-ayat Cinta seperti ini kah yang bisa membuat Presiden ke Enam RI menitikan air mata? sungguh ironis. aku sendiri menyaksikan film Ayat-ayat cinta dengan gemas sampai kadang-kadang ngedumel. harusnya begini, harusnya begitu, setingannya gak seperti itu, ceritanya tidak sekuat apa yang digambarkan oleh Habiburrahman El Shirazy dalam novelnya. melihat aku yang gelisah, segera Aan membisikan sesuatu "Mas ini lebih baik koq ketimbang Sinetron di SCTV" lalu aku terdiam melanjutkan tontonan sambil merenungkan kalimat terakhir kekasihku.


Fahri, dalam Buku Ayat-ayat Cinta merupakan tokoh utama