Selasa, April 22, 2008

Menunggu Waktu



Sahabatku meninggalkan fajar yang tergeletak diujung malam
fajar yang dulu sama-sama kami jaga dalam putaran waktu,

"lelah" katanya "menjaga fajar yang tak usai tiba"
"lebih baik aku menuju senja tanpa fajar"

bagi kami, fajar adalah harapan
dimana setia detik terasa menyiksa
menorehkan makin banyak kenangan luka
melelehkan harapan masa depan yang telah diangan
yang pada malam telah diganti kesuraman yang tak berujung

namun fajar yang diharap tak juga beranjak tiba
dia hanya mampu mengutus penjaga malam untuk menjanjikan
bahwa pagi besok fajar akan hadir dalam semburat sinar yang cerah
pasti, kata sang penjaga, sungguh pasti kali ini fajar pasti datang
ucapan yang sama persis sejak usia kami masih kanak-kanak

kini usiaku yang beranjak ke 30 tahun tetap menunggu fajar
tanpa berani beranjak meninggalkannya meski luka kian merambat ke urat
sahabatku telah menuju senja yang mendapatkan kembali malam
namun aku tetap berharap untuk mendapat fajar menuju terang

layaknya Celoteh para Nabi dan martir
Tuhan akan datang! Tuhan Pasti Datang!
meski diusia abad yang makin tua
Tuhan tak kunjung tiba
bagai malam yang tak berujung
karena Tuhan telah lupa meng"Ada"

Tidak ada komentar: